Apa itu Life Skills?
Sebelum kita lebih jauh membahas tentang life skills ada berbagai pendapat tentang Life Skills, dan itu mempunyai arti yang sama. Ada yang mengatakan Ketrampilan Hidup. Ada yang berpendapat Kecakapan Hidup. Disini tergantung kita sendiri bagaimana menyikapinya mau memilih yang mana.
Sebenarnya Apakah Life Skills
Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan efektif. Definisi itu adalah menurut World Health Organization
Ada juga yang berpendapat seperti di bawah ini dari berbagai sumber
- Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya dengan kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi dan mengatasi stres.
- Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
Maksud dan Tujuan Life Skills
Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi peserta didik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti: proses sosial, fungsi sosial serta masalah-masalah kehidupan. Tim Broad Based Education (Depdiknas, 2002), membagi tujuan pendidikan kecakapan hidup ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
a. Tujuan Umum
- Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.
- Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai prinsip pendidikan yang berbasis luas (Broad Based Education).
- Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (School Based Managemen).
b. Tujuan Khusus
- Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap dan perbuatan lahiriah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.
- Memberikan wawasan yang luas tentang perkembangan karir, yang dimulai dari perkembangan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir.
- Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus.
- Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.
- Mamfasilitasi peserta didik dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
Jenis-jenis Life Skills
Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut UNICEF dan UNESCO:
1. LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities
a. Ketrampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan
- Ketrampilan mengumpulkan informasi
- Ketrampilan mengevaluasi dampak pada masa depan dari keputusan yang dilakukan pada saat ini pada diri sendiri dan orang lain
- Ketrampilan menentukan solusi alternatif untuk sebuah masalah
- Ketrampilan melakukan analisis terhadap pengaruh nilai dan sikap diri & orang lain mengenai motivasi
b. Ketrampilan berfikir kritis (critical thinking)
- Ketrampilan menganalisis pengaruh sebaya dan media
- Ketrampilan menganalisis sikap, nilai, norma-norma sosial, dan keyakinan; dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Ketrampilan mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber-sumber informasi
2. LEARNING TO BE: Personal abilities
a. Ketrampilan meningkatkan pusat kontrol internal
- Kepercayaan diri (self-esteem) dan ketrampilan membangun kepercayaan diri (confidence)
- Ketrampilan sadar-diri (self-awareness skills), termasuk kesadaran akan hak, pengaruh, nilai-nilai, sikap, kekuatan, dan kelemahan
- Ketrampilan menentukan tujuan (goal-setting skills)
- Ketrampilan evaluasi diri, penilaian diri, dan monitoring diri
b. Ketrampilan mengelola perasaan
- Ketrampilan mengelola amarah (anger management)
- Ketrampilan mengelola keluhan dan keresahan
- Ketrampilan mengelola kehilangan, penghinaan (abuse), dan trauma
c. Ketrampilan mengelola stress
- Ketrampilan manajemen waktu
- Ketrampilan berfikir positif
- Menguasai teknik-teknik relaksasi
3. LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities
a. Ketrampilan komunikasi interpersonal
- Komunikasi verbal dan nonverbal
- Ketrampilan mendengarkan aktif
- Ketrampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan umpan balik (tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik
b. Ketrampilan negosiasi dan menolak
- Negosiasi dan manajemen konflik
- Ketrampilan bersikap asertif
- Ketrampilan menolak
c. Ketrampilan berempati
- Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan kondisi orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.
d. Kerjasama dan kerja kelompok
- Ketrampilan mengekspresikan penghargaan atas kontribusi orang lain dan gaya yang berbeda-beda.
- Ketrampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi pada kelompok
e. Ketrampilan advokasi
- Ketrampilan mempengaruhi orang lain (influence) dan melakukan persuasi
- Ketrampilan membangun jaringan dan memotivasi orang lain
Konsep Life Skills education, Bagaimana Baiknya???Puisi yang berjudul Seonggok Jagung karya WS Rendra, yang sangat menyindir pola pendidikan saat ini, yang tidak mengena dalam kehidupan. Dalam puisi tersebut tertulis “Apakah gunanya pendidikan? bila hanya akan membuat seseorang menjadi orang asing di tengah kenyataan persoalan keadaannya?” dan ditutup dengan kalimat ” bila pada akhirnya ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:“Di sini aku merasa asing dan sepi!”.
Mengapa bisa demikian, pendidikan saat ini hanya transfer pengetahuan dan belum mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup atau life skill dalam pembelajaran.
Pendidikan bukan hanya transfer ilmu tapi lebih ke pemaknaan dalam mengarungi kehidupan itu sendiri. Kesadaran bahwa pembelajaran bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajari, bukan sekadar mengetahuinya. Pembelajaran dapat diperoleh siswa melalui pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual dengan pengembangan kecakapan hidup merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan guru dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka.
Life skill merupakan kecakapan untuk memecahkan problematika hidup. Dalam hal ini pendidikan harus senantiasa di integrasikan pada kehidupan nyata (life skills education).
Prinsip pembelajaran kecakapan hidup lebih kepada pembelajaran kontekstual yaitu adanya keterkaitan antara kehidupan nyata dengan lingkungan dan pengalaman siswa. Hal ini berarti pendidikan kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran melainkan bagian dari materi pendidikan yang terintegrasi pada mata pelajaran.
Seperti apa yang harus diajarkan oleh guru dan orang tua? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah membagi dengan baik macam dan bagaimana life skill, namun sayangnya konsep yang luar biasa ini tidak tersosialisasikan dengan baik.
Berikut ini gambaran life skill education dan macam macam kompetensi dalam life skill education.
1. Generic Life Skill (kecakapan hidup bersifat umum) meliputi kecakapan personal dan kecakapan sosial.
Kecakapan sosial adalah kecakapan yang berkaitan dengan soal interaksi seseorang dengan orang lain yang meliputi kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Mulai dari komunikasi, berjejaring sampai tentang kepedulian dan saling menghormati.
Kecakapan personal meliputi kecakapan akan kesadaran diri dan kecakapan berfikir. Lebih jelasnya kesadaran diri mencangkup kecakapan mensyukuri kelebihan dan kelemahan diri, kesadaran diri sebagai bagian dari masyarakat, sebagai hamba Allah. Begitu juga dengan kecakapan berfikir yang meliputi kecakapan menggali dan menemukan informasi, mengolah dan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif
2. Spesific Life Skill (Kecakapan hidup spesifik) meliputi kecakapan akademik dan kecakapan vokasional
Untuk lebih sederhananya kecakapan ini adalah kecakapan menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu.
Kecakapan akademik lebih ke bidang pekerjaan yang memerlukan pemikiran. Maka perlu anak didik diajari mengidentifikasi variabel, merumuskan masalah atau hipotesa dan merancang atau merencanakan.
Sedangkan spesific life skill lebih kekecakapan yang membutuhkan keahlian khusus, biasanya ini masuk ke ranah motorik.
Lalu bagaimana menerapkan dalam sebuah proses pembelajaran?
Ketika tema tentang masakan sehat, anak-anak merasa mengalami apabila contoh-contoh yang digunakan adalah makanan yang di makan sehari-hari. Akan lebih keren apabila terdapat project memasak atau membantu orang tua memasak atau diberi project berkreasi makanan dengan tema sayuran tertentu. Sesudah itu dipresentasikan di depan kelas bisa berupa video atau foto. Dan diakhiri guru bersama siswa memberi pemaknaan tentang makanan sehat berdasarkan contoh makanan yang dipresentasikan anak-anak.
Di atas adalah sebuah contoh sederhana mengenai life skill education. Kecakapan personal dengan menggali informasi tentang masakan, kecakapan sosial melalui presentasi dan peduli (membantu orang tua memasak), kecakapan akademik siswa dengan mampu menjelaskan makanan sehat, kecakapan vokasional siswa bisa berkresasi memasak. Dan ke depan jika di kehidupan keseharian ada kegiatan tentang memasak anak sudah terlatih secara menyeluruh, anak-anak langsung tanggap dan peduli, anak- anak langsung bisa berkreasi dan mengolah itu semua menjadi luar biasa.
Ayo bersama-sama, kita integrasikan life skill dalam pembelajaran supaya bermakna bagi kehidupan.
Sumber
- UNESCO
- UNICEF
- Kajian Pustaka.Com
- Buku : Menggagas Pendidikan Bermakna karya Prof. Mukhlas Samani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar